THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 11 Mei 2012

Seiring Bergulirnya Waktu


Mentari telah menampakkan sinarnya di ufuk timur. Perlahan ku membuka mata mungilku yang masih menutup erat. Suara dering nada hp mengagetkanku untuk segera menikmati indahnya dunia ini. "TIDAKKK !" jam sudah menunjuk pukul 05.30 WIB, aku segera bangun untuk mencari ilmu ke sekolah. Oh iya, kenalin aku Sevi. Aku tinggal di daerah Jawa Timur tepatnya di kota Tulungagung. Aku sudah menginjak kelas 3 SMK. Tak terasa waktu berjalan sangat cepat. Rasanya baru setahun lalu aku diterima menjadi peserta didik SMK. Aku segera mandi, makan dan siap untuk berangkat ke sekolah meski dengan tergesa-gesa. Haha ya beginilah aku, kalau tidak tepat waktu pasti ketinggalan angkutan umum. Jarak rumah dengan sekolahku kurang lebih 18 km. Makanya aku lebih suka naik angkutan umum daripada naik angkutan pribadi. Padahal hari ini ada ujian matematika. Dengan perasaan campur aduk aku segera menelefon temen-temenku yang sejalur dengan aku. Ternyata mereka sudah berangkat. Pasrah deh, hari ini aku gak masuk sekolah. Hari yang menyebalkan!!. Terpaksa deh pulang ke rumah lagi dengan alas an sakit perut. Kalau ngomong ketinggalan angkutan pasti dapet ceramah lagi dari ibuku. Keesokan harinya cepat-cepat ku bergegas berangkat tanpa lemot lagi. Biasakan anak cewek bawaannya ribet ndiri, yang berdandan lama, pakek sepatu masih pilih-pilih dll… (xixixi). Yeay dan akhirnya aku gak ketinggalan angkutan. Sampai di depan gerbang sekolah tiba-tiba aku dikagetkan oleh sempritan peluit panjang dari satpamku. Pertamanya aku cuek sih, karena aku gak ngerasa bersalah. Tiba-tiba itu bener aku yang kena semprit. Haduh aku lupa pakek seragam batik, ini kan hari jum’at. Hawrghh… Buat alasan lagi deh, baju batikku masih basah, kemarin kehujanan! (alas an yang kurang masuk akal, padahal kemarin gak hujan loo) ^^
Kena hukuman deh, disuruh pus up, sit up gitu. Hadewh…
“Sevi… ngapain kamu ? (teriak Rica temen deketku)
“Ini lagi dihukum, nasib-nasib… *.*
“Hahaha… kamu sih berangkat sekolah masih nglindur, udah tau hari jum’at, masih pake’ baju khas !”.
“Huhh.. jangan diketawain gitu tha, temennya sengsara kalian senang !”.
“Kita gak ngetawain kamu kok, tuh ngetawain nasibmu.xixixi”. (balas Moses)
“Huhu kalian jahat.. Elo Gue End !”
“Wah dia ngambek, ayo ses kita tinggalin, ayo ayo..!”. (ajak Rica)
“Hawrghhh.. awas ya kalian !”
“Hahaha (dengan ketawa ngeledek), kita gak bakal ninggalin kamu kok.. kita kan prendz, eh,eh ayo kita kabur, mumpung gak ada satpam, lagian kamu kan udah capek Sev !”. (ide Moses)
“Ide bagus tuh, ayoo ! Rica bawain tas ku ya !”.
“Satuu..Dua..Tiga.. KAAaaBuuUUUrrrrr !!!!!!!”.
“PRRRRiiiitTTTzzzzzZ !!!!!!”. ( Peluit panjang terdengar lagi)
Satpam sialan deh ! tadinya aku yang kena, Rica dan Moses juga kena. Jadi dapet hukuman dobel. Kami disuruh ngebersihin kamar mandi. Mula-mula sih nyesal dan saling menyalahkan, dibuat enjoy saja lah. 2 jam pelajaran gak ikut, gara-gara kena hukuman. Haha…
Setelah selesai, kami bergegas kembali ke kelas. Disana masih ada guru kiler yang ngajar IPS.
“Tunggu.. tunggu.. masih ada bu Seyla. Kita ke kantin dulu yuk !” (ajak Rica)
“Rica sayang, kita kan anak rajin dan tidak suka bolos pelajaran, jadi ayo masuk !”. (pesanku)
“Wah sekarang sok rajin ini anak ! emang kamu udah ngerjain PR ya ?”. (Tanya Moses)
“Hmmb udah sih, tapi my book is ketinggalan, so..Kaabuuurrrr….!”. (balasku)
“Huu alas an aja kau ini.. Hahaha…”
(Tertawa riang gembira meski dengan misi pembolosan)

Hari- hari di sekolah kujalani dengan riang bersama sahabat-sahabatku. Meski terkadang kita beda pendapat, tapi kita bisa mengerti satu sama lain. Ya begitulah sahabat. Perbedaan mengajak kita untuk bersatu. Hingga akhirnya persahabatan kami diuji dengan datangnya pihak ketiga (pacar). Moses udah duluan mendapatkan pujaan hatinya hingga lupa dengan sahabatnya sendiri. Dia menjadi cuek dan layaknya tidak pernah bersahabat dengan kita. Aku sih maklum kana dia cowok, kalau punya temen cewek pasti ceweknya marah. Huu pacar gak pernah ngertiin sih, bawaannya egois. Makanya aku dan Rica masih gak ngurus soal cinta-cinta’an. Masa sekolah buat nyari sahabat sebanyak-banyaknya. Ntar kalau udah punya sahabat banyak baru nyari pacar, bukan malah nyari pacar banyak loo ! ^.^
Seharian aku bersama Rica saja, ku lihat Moses termenung di depan kelas. Aku mencoba mendekatinya.
"Moses, kamu kenapa sih kok jadi menghindar dengan sahabatmu ? Kita gak apa kamu udah punya pacar, tapi jangan menghindar gitu tha ! Kita tetep sahabatan kan ?". (pertanyaanku)
Tiba-tiba Moses pergi begitu saja, mengacuhkan pertanyaanku
"Oke deh Ses.., Kamu boleh mutusin persahabatan kita, sampai disini aja, tega kamu Ses !". (teriakku)
Moses tetap berjalan menjauhiku. Dengan penuh emosi aku mencurahkannya pada Rica.
"Rica, kenapa sih Moses ? Dia berubah drastis !".
"Ada apa sih Sev ? Kenapa ? Dia kan sahabat kita".
"Sahabat apanya ? Sahabat munafik Ric ! Dia mutusin persahabatan kita demi pacarnya !".
"Hhmbb.. Tapi kita tetap sahabat Sev ! Sahabat untuk selamanya".
"Ehh, elo kok jadi belain Moses sih Ric? Elo ada rasa ya ?".
"Bukan Sev, aku gak bela dia". (dengan wajah gugup)
"Gue gak ngerti deh ma elo, terserah !". (bergegas pergi)
Keesokan harinya, akupun juga membenci Rica. Tapi Rica adalah satu-satunya sahabat kecilku yang tersisa. Aku gak tega benci padanya. Tapi hari demi hari berganti Rica tampak berubah, dia tidak menjadi periang seperti dulu. Bagaimanapun juga Rica dan Moses adalah sahabat kecilku sampai sekarang.
Tampak Rica berada ditempat duduk yang tidak denganku lagi. Aku maklumi untuk hari ini, mungkin dia masih kesal denganku. Tapi dia juga membisu padaku. Aku mencoba bertanya dengan perasaan prihatin, aku takut terjadi sesuatu.
"Rica, kamu kenapa sih ? Masih marah sama aku ?". (dia tetap membisu)
"Rica jawab dong ! Kenapa kamu ? Kamu udah punya pacar ?". (lanjutku)
"Hoy ! Punya telinga gak sih kamuu !". (bentakku)
"Hay Sevi, aku punya telinga. Kamu mau tahu aku berubah ? Aku berubah karna persahabatan kita Sev !". (balas Rica)
"karna apa ? Moses ? Itu kesadaran dia Ric ! Aku dan kamu gak nyuruh dia mutusin persahabatan kita Ric ! Kamu benar ada rasa sama dia ? Siapa pacar dia, samapai saat ini akupun juga belum tau, kamu pacar dia ?". (timpalku)
"Hay Sevi, jaga mulutmu. Kamu tega Sev !". (sambil meneteskan air mata)
"Aku bener gak tau masalah ini Ric. Aku pasrah, aku gak mau kehilangan sahabatku".
"Sevi, suatu saat kamu akan tau ! Suatu saat".
"Apa ? Apa yang kamu sembunyiin ?".
Rica bergegas meninggalkanku. Akupun menangis di bangku kelas. Apakah ini pertanda sahabaku mau hilang ? Ataupun kembali. Sahabatku,, teman hatiku.

Sekarang aku tak periang. Sahabatku dimana ?#_# . Ujian kelulusan seminggu lagi. Kugunakan hari-hariku untuk belajar dan terus belajar. Cuek dengan keadaan yang terjadi saat ini. Aku mencoba akrab dengan teman-teman sekelasku. Tapi mereka jarang yang mengerti kemauanku. Rica tetap menjadi anak yang pendiam. Dan Moses ? Akupun jarang melihat dia lagi disekolahan.
Di waktu bel berbunyi tanda istirahat, aku samperin Rica di tempat duduknya.
"Rica, seminggu lagi kita udah ujian kelulusan. Kamu yang semangat belajar ya !". (pesanku)
Rica tetap membisu dengan wajah pucat.
''Kamu belum makan Ric ? Oh iya kebetulan aku bawa nasi goreng, ini buat kamu !". (aku menyodorkan tempat makan dan dia kembalikan lagi).
"Aku tadi udah makan kok Ric, ya udah yuk kita makan bersama".
"Makasih ya Sevi'". (akhirnya dia mau makan)
Suasana ini aku manfaatkan sebaiknya untuk mengorek semua masalah antara Rica dan Moses, sahabatku.
"Rica kamu kenapa akhir-akhir ini berubah ? Aku gak tega liat kamu ujian dengan kondisi seperti ini".
"Makasih Sevi, Sev ntar pulang sekolah jangan pulang dulu ya !". (ajak Rica)
"Hmb, uke deh". (balasku)
Dentingan bel pun berbunyi, tanda siswa bisa meninggalkan sekolahan. Aku menunggu Rica membereskan buku sekolahnya, dan Rica mengajakku ke suatu tempat. Tanpa kuduga tempat itu adalah rumah sakit. Sejenak ku bertanya-tanya mungkin ibu Rica sakit parah dan dia enggan menceritakannya padaku. Tetapi kemarin lusa ku temui ibu Rica di pasar dengan keadaan sehat walafiat. Lantas siapa ?
"Rica, kenapa dirumah sakit?".
"kamu ntar juga bakal tau Sev !" (tersenyum kecil padaku).
Rica mengajakku masuk disuatu kamar pasien, dia berpesan padaku.
"Sevi, apapun yang terjadi, kamu jangan kaget ya !".
Aku terheran dan segera memasuki kamar pasien. Aku terkejut tiada rasa. Aku bagaikan terombang-ambing oleh angin yang membawaku pergi, aku tersadar saat ada sosok orang yang kukenal tersenyum manis padaku. Dia yamg terbaring adalah sahabatku, Moses.
"Sevi, kesini !". (perintah Moses)
Aku segera mendekat dengan mata berkaca-kaca.
"Sevi maafin banget kesalahanku ya ? Aku bener gak tau akibat perbuatanku persahabatan kita sejak kecil menjadi putus sseperti ini Sev, aku menyesal, kamu tetap maukan menjadi sahabatku ?". (kata Moses)
"Apa yang kamu lakukan Ses ? Aku ini sahabatmu. Kenapa kamu hindrin aku Ses ?".
"Sevi !". (panggil Moses)
Aku langsung bergegas keluar kamar Moses. Aku termenung dan menangis di tempat duduk depan kamar Moses. Terdapat Rica yang sedang menasehatiku.
"Maafin aku Sevi, kita mulai dari awal ya ! Sebenarnya aku udah tau Moses menderita penyakit kanker otak udah yang lalu. Tapi dia berpesan padaku untuk merahasiakannya darimu. Dia cinta kamu Sevi ! Dia sayang kamu ! Dulu dia beralasan pacaran dengan orang lain untuk menghindar dari kamu. Maafin kami Sev". (jelas Rica)
Aku segera pergi meninggalkan Rumah Sakit. Di kamarku, aku menyesal dan menangis. Bersama dengan bergulirnya waktu, akupun mulai tersadar. Sahabatku butuh aku. Aku tudak boleh cengen kayak gini. Apa gunanya menyesali perbuatan yang telah lalu. Berpikir untuk kedepannya.

Ujian sudah didepan mata, besuk aku akan menjalani ujian. Tak lupa aku mengajak Rica untuk berkunjung dulu ke rumah sakit umtuk minta doa dari sahabatku Moses. Kita juga sedikit melontarkan kata-kata lelucon yang membuat Moses tersenyum kembali. Ujian ku jalani dengan penuh khidmat dan konsentrasi (serius amat).
Akhirnya sampailah pada ujian terakhir, hari yang sangat menegangkan sudah usai. 3 tahun yang lalu cuma ditentuin ujian 4 hari ini. Huh sangat lega deh, tapi masih terbebani dengan hasil ujiannya.
Selesai ujian aku dan Rica pergi ke rumah sakit. Keadaan Moses semakin parah, Tuhan kumohon selamatkan Moses !. Keluarganya pun juga kulihat berkumpul di Rumah Sakit. Aku dan Rica masih mengenakan baju seragamku. Di sudut pintu selatan, ku lihat kakak Moses sedang meneteskan air mata. Ku hampiri dia.
"Assalamualaikum kak, kakak kenapa menangis ?". (tanyaku)
"Waalaikumsalam Sevi, maaf ya kakak gak bisa menahan air mata kakak". (jawab kak Wiva)
"Gak papa kak, tapi kenapa kakak mikir yang macam-macam. Kakak jangan menangis, adhik kakak pasti bisa melewati semua cobaan ini".
"Terimakasih Sev, pasti Moses bisa !".
"Yang dia butuhkan hanya doa dan semangat dari yang dia sayang kak".
"Tapi Sevi, kakak gak yakin kalau Moses kuat".
"Kak, kakak jangan bilang gitu. Moses bisa !". (jawabku dengan meneteskan air mata)
"Sevi, kakak ngerti dia sahabatmu, kakk ngerti bahwa kamu dihadapan dia lebih dari sahabat Sev, beri dia motivasi hidup ya !".
"Iya kak, aku janji akan buat dia semangat ".
Setelah ngobrol dengan kak Wiva, aku dan Rica segera menemui Moses di kamar rawatnya. Aku menceritakan detik-detik ujian kelulusan ini. Tapi sayang Moses tidak ikut serta mengerjakan yang membuat dia semakin menyesal. Ku alihkan pembicaraan bahwa dia beruntung tidak mengerjakannya, sebab ujiannya sangat sulit dan membuat para siswa mati kutu  berteriak-teriak minta keajaiban. Moses pun tersenyum kecil. Ku lihat dia semakin pucat pasi, dia tak ceria seperti dulu.
“Rica, hari sudah menjelang malam. Sebaiknya kamu pulang duluan aja !”. (perintahku)
“Hla terus kamu gimana Sev ?”.
“Aku disini sebentar nemenin Moses, ntar kalau kak Wiva udah datang aku akan pulang”.
ulang dulu ya Sev ! Moses aku duluan ya, jaga dirimu baik-baik”.
“Sevi, kamu pulang bareng Rica aja, aku gak apa kog sendiri ! bentar lagi kak Wiva juga datang. Kamu kan cewek, gak baik pulang larut malam!”. (pesan Moses)
“Udahlah Ses, aku ingin disini dulu !”. (jawabku )
Setelah Rica pergi, yang ada hanya aku dan Moses berdua di kamar rawatnya. Aku pandangi Moses dan  Moses juga memandangiku.
“Ses, udah makan ?”
“uda kok Sev, makasih ya uda ngasih perhatian lebih ke aku”.
“ah gak apa Ses, aku dan kamu kan sahabat”.
Tampak Moses terlihat termenung.
 dari sahabat ! aku sayang dan cinta ke kamu Sev”. (jawab Moses)
“Coba ulangi sekali lagi Ses!”. (aku terkejut)
“Ndak kok Sev, maaf ya tadi lelucon dan gak ada maksud kok”.
“Itu bukan sebuah lelucon. Kamu sedang sakit, pasti itu kamu ucapkan dengan jujur. Kumohon ulangi sekali lagi Ses !”. (tegasku)
“Sevi, maafin aku telah lancing mencintai dan menyayangimu lebih dari sahabat. Sevi, aku cinta kamu dari dulu, aku gak mau kehilangan kamu, AKU…….”. (wajah merunduk)
“Aaaaku juuga ssaayaang kamu Moses”.
Moses terkejut setelah mendengar bisikan dariku. Aku langsung menggenggam tangan Moses yang bergetar dingin itu.
“Moses, kau pelita dihidupku. Kau datang membuat ku mampu mengukir senyuman. Percayalah bahwa kau bias melewati semua cobaan ini Ses!”.
“Sevi, makasih atas apa yang kamu berikan padaku. Pertemananmu, kesetiaanmu dan sekarang hatimu”.
Moses tersenyum penuh ketulusan padaku.
“Sevi, andai suatu saat aku akan pergi jauh meninggalkanmu, kumohon tetap jalani hidup dengan ceria dan semangat seperti yang kau katakan padaku. Meskipun ragaku tak bersamamu lagi, tapi hati dan doaku selalu menemani setiap langkahmu”. (lanjut Moses)
“Cukup Moses, sudah jangan katakana apapun”. (aku membuat Moses terdiam)
Hari demi hari kulewati dengan penuh keceriaan. Setiap hari aku selalu meluangkan waktuku untuk pergi menjenguk Moses. Hari ini tepat 14 Mei, hari ulang tahunnya Moses. Dengan ijin dari keluarga dan dokter Rumah Sakit Moses, aku mengajak dia ke suatu tempat. Di taman samping sekolahku, adalah tempat faforit Moses ketika kami menjalin persahabatan. Moses tampak gembira. Setelah beberapa jam bersamaku, kulihat dia tampak lesu dan letih.
“Moses kita kembali ke rumah sakit ya !”. (ajakku)
“Bentar lagi ya Sev, aku masih ingin disini bersamamu!”.
“Kamu udah letih Ses, ntar dirumah sakit aku akan tetap bersamamu kok”.
“setengah jam saja Sev!”.
“Iya Ses”. (aku tersenyum padanya)
“Sevi, boleh aku tertidur dipangkuanmu ?”.
“tentu saja, silahkan !”.
“Sevi aku takut”.
“Takut apa ? gak usah takut kan ada aku”.  (gubrak)
”Aku takut kalau aku akan meninggalkanmu Sev !”.
“Udahlah jangan berpikir yang macam-macam. Aku akan slalu dan tetap bersamamu !”. (balasku)
Lama kita mengobrol, tanpa ku sadari aku tertidur di atas tubuh Moses. Dan aku kembali terbangun , melihat jam sudah menunjuk pukul 05.00 WIB. Aku membangunkan Moses dan mengajak dia pulang.
“Bintang hatiku ayo bangun, kita pulang sama-sama. Hari udah malam”. (bisikku ke telinganya)
Tak ada respon sama sekali.
“Moses ayo bangun, udah mau mala mayo kita pulang Ses !”. (ku gerakkan tangannya)
“MoooSesss kumohon bangunlaaahhh !!!!”,
“Mooosesss !!!”.
“Mooosesss!!!”. :’(
Aku segera menelefon Doktor Rumah Sakitnya untuk secepatnya menyelamatkan Moses dengan fikiran tak tau arah dan tetesan air mata takut kehilangannya.
Takdir sudah berkehendak lain bahwa dia sudah pergi meninggalkanku. Ku coba iklas dan tabah. Terngiung di telingaku pesan dia : “Sevi, andai suatu saat aku akan pergi jauh meninggalkanmu, kumohon tetap jalani hidup dengan ceria dan semangat seperti yang kau katakan padaku. Meskipun ragaku tak bersamamu lagi, tapi hati dan doaku selalu menemani setiap langkahmu”.
Tetesan air mata semakin deras membasahi pipiku. Ku coba melupakan, tapi ku tak bisa. Waktupun berjalan biasa-biasa saja.
Semua ini berubah saat ku dikejutkan oleh hasil Ujian kelulusanku. Aku mendapat peringkat 5 dari 343 siswa. Ini merupakan awal dari semangatku yang luntur. Aku akan terus berusaha menjalani kehidupan ini. Yang sekarang adalah perbuatan untuk masa deoan, yang lalu biarlah menjadi kenangan yang manis.

0 komentar: