Mentari telah menampakkan sinarnya di ufuk timur. Perlahan ku
membuka mata mungilku yang masih menutup erat. Suara dering nada hp
mengagetkanku untuk segera menikmati indahnya dunia ini. "TIDAKKK !"
jam sudah menunjuk pukul 05.30 WIB, aku segera bangun untuk mencari ilmu ke
sekolah. Oh iya, kenalin aku Sevi. Aku tinggal di daerah Jawa Timur tepatnya di
kota Tulungagung. Aku sudah menginjak kelas 3 SMK. Tak terasa waktu berjalan
sangat cepat. Rasanya baru setahun lalu aku diterima menjadi peserta didik SMK.
Aku segera mandi, makan dan siap untuk berangkat ke sekolah meski dengan
tergesa-gesa. Haha ya beginilah aku, kalau tidak tepat waktu pasti ketinggalan
angkutan umum. Jarak rumah dengan sekolahku kurang lebih 18 km. Makanya aku
lebih suka naik angkutan umum daripada naik angkutan pribadi. Padahal hari ini
ada ujian matematika. Dengan perasaan campur aduk aku segera menelefon
temen-temenku yang sejalur dengan aku. Ternyata mereka sudah berangkat. Pasrah
deh, hari ini aku gak masuk sekolah. Hari yang menyebalkan!!. Terpaksa deh
pulang ke rumah lagi dengan alas an sakit perut. Kalau ngomong ketinggalan
angkutan pasti dapet ceramah lagi dari ibuku. Keesokan harinya cepat-cepat ku
bergegas berangkat tanpa lemot lagi. Biasakan anak cewek bawaannya ribet ndiri,
yang berdandan lama, pakek sepatu masih pilih-pilih dll… (xixixi). Yeay dan
akhirnya aku gak ketinggalan angkutan. Sampai di depan gerbang sekolah
tiba-tiba aku dikagetkan oleh sempritan peluit panjang dari satpamku.
Pertamanya aku cuek sih, karena aku gak ngerasa bersalah. Tiba-tiba itu bener
aku yang kena semprit. Haduh aku lupa pakek seragam batik, ini kan hari jum’at.
Hawrghh… Buat alasan lagi deh, baju batikku masih basah, kemarin kehujanan! (alas
an yang kurang masuk akal, padahal kemarin gak hujan loo) ^^
Kena hukuman deh,
disuruh pus up, sit up gitu. Hadewh…
“Sevi…
ngapain kamu ? (teriak Rica temen deketku)
“Ini
lagi dihukum, nasib-nasib… *.*
“Hahaha…
kamu sih berangkat sekolah masih nglindur, udah tau hari jum’at, masih pake’
baju khas !”.
“Huhh..
jangan diketawain gitu tha, temennya sengsara kalian senang !”.
“Kita
gak ngetawain kamu kok, tuh ngetawain nasibmu.xixixi”. (balas Moses)
“Huhu
kalian jahat.. Elo Gue End !”
“Wah
dia ngambek, ayo ses kita tinggalin, ayo ayo..!”. (ajak Rica)
“Hawrghhh..
awas ya kalian !”
“Hahaha
(dengan ketawa ngeledek), kita gak bakal ninggalin kamu kok.. kita kan prendz,
eh,eh ayo kita kabur, mumpung gak ada satpam, lagian kamu kan udah capek Sev
!”. (ide Moses)
“Ide
bagus tuh, ayoo ! Rica bawain tas ku ya !”.
“Satuu..Dua..Tiga..
KAAaaBuuUUUrrrrr !!!!!!!”.
“PRRRRiiiitTTTzzzzzZ
!!!!!!”. ( Peluit panjang terdengar lagi)
Satpam sialan deh
! tadinya aku yang kena, Rica dan Moses juga kena. Jadi dapet hukuman dobel.
Kami disuruh ngebersihin kamar mandi. Mula-mula sih nyesal dan saling
menyalahkan, dibuat enjoy saja lah. 2 jam pelajaran gak ikut, gara-gara kena
hukuman. Haha…
Setelah selesai,
kami bergegas kembali ke kelas. Disana masih ada guru kiler yang ngajar IPS.
“Tunggu..
tunggu.. masih ada bu Seyla. Kita ke kantin dulu yuk !” (ajak Rica)
“Rica
sayang, kita kan anak rajin dan tidak suka bolos pelajaran, jadi ayo masuk !”.
(pesanku)
“Wah
sekarang sok rajin ini anak ! emang kamu udah ngerjain PR ya ?”. (Tanya Moses)
“Hmmb
udah sih, tapi my book is ketinggalan, so..Kaabuuurrrr….!”. (balasku)
“Huu
alas an aja kau ini.. Hahaha…”
(Tertawa riang
gembira meski dengan misi pembolosan)
Hari- hari di sekolah kujalani dengan riang bersama sahabat-sahabatku.
Meski terkadang kita beda pendapat, tapi kita bisa mengerti satu sama lain. Ya
begitulah sahabat. Perbedaan mengajak kita untuk bersatu. Hingga akhirnya
persahabatan kami diuji dengan datangnya pihak ketiga (pacar). Moses udah
duluan mendapatkan pujaan hatinya hingga lupa dengan sahabatnya sendiri. Dia
menjadi cuek dan layaknya tidak pernah bersahabat dengan kita. Aku sih maklum
kana dia cowok, kalau punya temen cewek pasti ceweknya marah. Huu pacar gak
pernah ngertiin sih, bawaannya egois. Makanya aku dan Rica masih gak ngurus
soal cinta-cinta’an. Masa sekolah buat nyari sahabat sebanyak-banyaknya. Ntar
kalau udah punya sahabat banyak baru nyari pacar, bukan malah nyari pacar
banyak loo ! ^.^
Seharian aku
bersama Rica saja, ku lihat Moses termenung di depan kelas. Aku mencoba mendekatinya.
"Moses,
kamu kenapa sih kok jadi menghindar dengan sahabatmu ? Kita gak apa kamu udah
punya pacar, tapi jangan menghindar gitu tha ! Kita tetep sahabatan kan
?". (pertanyaanku)
Tiba-tiba Moses
pergi begitu saja, mengacuhkan pertanyaanku
"Oke
deh Ses.., Kamu boleh mutusin persahabatan kita, sampai disini aja, tega kamu
Ses !". (teriakku)
Moses tetap
berjalan menjauhiku. Dengan penuh emosi aku mencurahkannya pada Rica.
"Rica,
kenapa sih Moses ? Dia berubah drastis !".
"Ada
apa sih Sev ? Kenapa ? Dia kan sahabat kita".
"Sahabat
apanya ? Sahabat munafik Ric ! Dia mutusin persahabatan kita demi pacarnya
!".
"Hhmbb..
Tapi kita tetap sahabat Sev ! Sahabat untuk selamanya".
"Ehh,
elo kok jadi belain Moses sih Ric? Elo ada rasa ya ?".
"Bukan
Sev, aku gak bela dia". (dengan wajah gugup)
"Gue
gak ngerti deh ma elo, terserah !". (bergegas pergi)
Keesokan harinya,
akupun juga membenci Rica. Tapi Rica adalah satu-satunya sahabat kecilku yang
tersisa. Aku gak tega benci padanya. Tapi hari demi hari berganti Rica tampak
berubah, dia tidak menjadi periang seperti dulu. Bagaimanapun juga Rica dan
Moses adalah sahabat kecilku sampai sekarang.
Tampak Rica berada
ditempat duduk yang tidak denganku lagi. Aku maklumi untuk hari ini, mungkin
dia masih kesal denganku. Tapi dia juga membisu padaku. Aku mencoba bertanya
dengan perasaan prihatin, aku takut terjadi sesuatu.
"Rica,
kamu kenapa sih ? Masih marah sama aku ?". (dia tetap membisu)
"Rica
jawab dong ! Kenapa kamu ? Kamu udah punya pacar ?". (lanjutku)
"Hoy
! Punya telinga gak sih kamuu !". (bentakku)
"Hay
Sevi, aku punya telinga. Kamu mau tahu aku berubah ? Aku berubah karna
persahabatan kita Sev !". (balas Rica)
"karna
apa ? Moses ? Itu kesadaran dia Ric ! Aku dan kamu gak nyuruh dia mutusin
persahabatan kita Ric ! Kamu benar ada rasa sama dia ? Siapa pacar dia, samapai
saat ini akupun juga belum tau, kamu pacar dia ?". (timpalku)
"Hay
Sevi, jaga mulutmu. Kamu tega Sev !". (sambil meneteskan air mata)
"Aku
bener gak tau masalah ini Ric. Aku pasrah, aku gak mau kehilangan
sahabatku".
"Sevi,
suatu saat kamu akan tau ! Suatu saat".
"Apa
? Apa yang kamu sembunyiin ?".
Rica bergegas
meninggalkanku. Akupun menangis di bangku kelas. Apakah ini pertanda sahabaku
mau hilang ? Ataupun kembali. Sahabatku,, teman hatiku.
Sekarang aku tak periang. Sahabatku dimana ?#_# . Ujian
kelulusan seminggu lagi. Kugunakan hari-hariku untuk belajar dan terus belajar.
Cuek dengan keadaan yang terjadi saat ini. Aku mencoba akrab dengan teman-teman
sekelasku. Tapi mereka jarang yang mengerti kemauanku. Rica tetap menjadi anak
yang pendiam. Dan Moses ? Akupun jarang melihat dia lagi disekolahan.
Di waktu bel
berbunyi tanda istirahat, aku samperin Rica di tempat duduknya.
"Rica,
seminggu lagi kita udah ujian kelulusan. Kamu yang semangat belajar ya !".
(pesanku)
Rica tetap membisu
dengan wajah pucat.
''Kamu
belum makan Ric ? Oh iya kebetulan aku bawa nasi goreng, ini buat kamu !".
(aku menyodorkan tempat makan dan dia kembalikan lagi).
"Aku
tadi udah makan kok Ric, ya udah yuk kita makan bersama".
"Makasih
ya Sevi'". (akhirnya dia mau makan)
Suasana ini aku
manfaatkan sebaiknya untuk mengorek semua masalah antara Rica dan Moses,
sahabatku.
"Rica kamu
kenapa akhir-akhir ini berubah ? Aku gak tega liat kamu ujian dengan kondisi
seperti ini".
"Makasih
Sevi, Sev ntar pulang sekolah jangan pulang dulu ya !". (ajak Rica)
"Hmb,
uke deh". (balasku)
Dentingan bel pun
berbunyi, tanda siswa bisa meninggalkan sekolahan. Aku menunggu Rica
membereskan buku sekolahnya, dan Rica mengajakku ke suatu tempat. Tanpa kuduga
tempat itu adalah rumah sakit. Sejenak ku bertanya-tanya mungkin ibu Rica sakit
parah dan dia enggan menceritakannya padaku. Tetapi kemarin lusa ku temui ibu
Rica di pasar dengan keadaan sehat walafiat. Lantas siapa ?
"Rica,
kenapa dirumah sakit?".
"kamu
ntar juga bakal tau Sev !" (tersenyum kecil padaku).
Rica mengajakku
masuk disuatu kamar pasien, dia berpesan padaku.
"Sevi,
apapun yang terjadi, kamu jangan kaget ya !".
Aku terheran dan
segera memasuki kamar pasien. Aku terkejut tiada rasa. Aku bagaikan
terombang-ambing oleh angin yang membawaku pergi, aku tersadar saat ada sosok
orang yang kukenal tersenyum manis padaku. Dia yamg terbaring adalah sahabatku,
Moses.
"Sevi,
kesini !". (perintah Moses)
Aku segera
mendekat dengan mata berkaca-kaca.
"Sevi
maafin banget kesalahanku ya ? Aku bener gak tau akibat perbuatanku
persahabatan kita sejak kecil menjadi putus sseperti ini Sev, aku menyesal,
kamu tetap maukan menjadi sahabatku ?". (kata Moses)
"Apa
yang kamu lakukan Ses ? Aku ini sahabatmu. Kenapa kamu hindrin aku Ses ?".
"Sevi
!". (panggil Moses)
Aku langsung
bergegas keluar kamar Moses. Aku termenung dan menangis di tempat duduk depan
kamar Moses. Terdapat Rica yang sedang menasehatiku.
"Maafin
aku Sevi, kita mulai dari awal ya ! Sebenarnya aku udah tau Moses menderita
penyakit kanker otak udah yang lalu. Tapi dia berpesan padaku untuk
merahasiakannya darimu. Dia cinta kamu Sevi ! Dia sayang kamu ! Dulu dia
beralasan pacaran dengan orang lain untuk menghindar dari kamu. Maafin kami
Sev". (jelas Rica)
Aku segera pergi
meninggalkan Rumah Sakit. Di kamarku, aku menyesal dan menangis. Bersama dengan
bergulirnya waktu, akupun mulai tersadar. Sahabatku butuh aku. Aku tudak boleh
cengen kayak gini. Apa gunanya menyesali perbuatan yang telah lalu. Berpikir
untuk kedepannya.
Ujian sudah didepan mata, besuk aku akan menjalani ujian. Tak
lupa aku mengajak Rica untuk berkunjung dulu ke rumah sakit umtuk minta doa
dari sahabatku Moses. Kita juga sedikit melontarkan kata-kata lelucon yang
membuat Moses tersenyum kembali. Ujian ku jalani dengan penuh khidmat dan
konsentrasi (serius amat).
Akhirnya sampailah
pada ujian terakhir, hari yang sangat menegangkan sudah usai. 3 tahun yang lalu
cuma ditentuin ujian 4 hari ini. Huh sangat lega deh, tapi masih terbebani
dengan hasil ujiannya.
Selesai ujian aku
dan Rica pergi ke rumah sakit. Keadaan Moses semakin parah, Tuhan kumohon
selamatkan Moses !. Keluarganya pun juga kulihat berkumpul di Rumah Sakit. Aku
dan Rica masih mengenakan baju seragamku. Di sudut pintu selatan, ku lihat
kakak Moses sedang meneteskan air mata. Ku hampiri dia.
"Assalamualaikum
kak, kakak kenapa menangis ?". (tanyaku)
"Waalaikumsalam
Sevi, maaf ya kakak gak bisa menahan air mata kakak". (jawab kak Wiva)
"Gak
papa kak, tapi kenapa kakak mikir yang macam-macam. Kakak jangan menangis,
adhik kakak pasti bisa melewati semua cobaan ini".
"Terimakasih
Sev, pasti Moses bisa !".
"Yang
dia butuhkan hanya doa dan semangat dari yang dia sayang kak".
"Tapi
Sevi, kakak gak yakin kalau Moses kuat".
"Kak,
kakak jangan bilang gitu. Moses bisa !". (jawabku dengan meneteskan air
mata)
"Sevi,
kakak ngerti dia sahabatmu, kakk ngerti bahwa kamu dihadapan dia lebih dari
sahabat Sev, beri dia motivasi hidup ya !".
"Iya
kak, aku janji akan buat dia semangat ".
Setelah ngobrol dengan
kak Wiva, aku dan Rica segera menemui Moses di kamar rawatnya. Aku menceritakan
detik-detik ujian kelulusan ini. Tapi sayang Moses tidak ikut serta mengerjakan
yang membuat dia semakin menyesal. Ku alihkan pembicaraan bahwa dia beruntung
tidak mengerjakannya, sebab ujiannya sangat sulit dan membuat para siswa mati
kutu berteriak-teriak minta keajaiban.
Moses pun tersenyum kecil. Ku lihat dia semakin pucat pasi, dia tak ceria
seperti dulu.
“Rica,
hari sudah menjelang malam. Sebaiknya kamu pulang duluan aja !”. (perintahku)
“Hla
terus kamu gimana Sev ?”.
“Aku
disini sebentar nemenin Moses, ntar kalau kak Wiva udah datang aku akan
pulang”.
ulang
dulu ya Sev ! Moses aku duluan ya, jaga dirimu baik-baik”.
“Sevi,
kamu pulang bareng Rica aja, aku gak apa kog sendiri ! bentar lagi kak Wiva
juga datang. Kamu kan cewek, gak baik pulang larut malam!”. (pesan Moses)
“Udahlah
Ses, aku ingin disini dulu !”. (jawabku )
Setelah Rica
pergi, yang ada hanya aku dan Moses berdua di kamar rawatnya. Aku pandangi
Moses dan Moses juga memandangiku.
“Ses,
udah makan ?”
“uda
kok Sev, makasih ya uda ngasih perhatian lebih ke aku”.
“ah
gak apa Ses, aku dan kamu kan sahabat”.
Tampak Moses
terlihat termenung.
dari sahabat ! aku sayang dan cinta ke kamu
Sev”. (jawab Moses)
“Coba
ulangi sekali lagi Ses!”. (aku terkejut)
“Ndak
kok Sev, maaf ya tadi lelucon dan gak ada maksud kok”.
“Itu
bukan sebuah lelucon. Kamu sedang sakit, pasti itu kamu ucapkan dengan jujur.
Kumohon ulangi sekali lagi Ses !”. (tegasku)
“Sevi,
maafin aku telah lancing mencintai dan menyayangimu lebih dari sahabat. Sevi,
aku cinta kamu dari dulu, aku gak mau kehilangan kamu, AKU…….”. (wajah
merunduk)
“Aaaaku
juuga ssaayaang kamu Moses”.
Moses terkejut
setelah mendengar bisikan dariku. Aku langsung menggenggam tangan Moses yang
bergetar dingin itu.
“Moses,
kau pelita dihidupku. Kau datang membuat ku mampu mengukir senyuman. Percayalah
bahwa kau bias melewati semua cobaan ini Ses!”.
“Sevi,
makasih atas apa yang kamu berikan padaku. Pertemananmu, kesetiaanmu dan sekarang
hatimu”.
Moses tersenyum
penuh ketulusan padaku.
“Sevi,
andai suatu saat aku akan pergi jauh meninggalkanmu, kumohon tetap jalani hidup
dengan ceria dan semangat seperti yang kau katakan padaku. Meskipun ragaku tak
bersamamu lagi, tapi hati dan doaku selalu menemani setiap langkahmu”. (lanjut
Moses)
“Cukup
Moses, sudah jangan katakana apapun”. (aku membuat Moses terdiam)
Hari demi hari
kulewati dengan penuh keceriaan. Setiap hari aku selalu meluangkan waktuku
untuk pergi menjenguk Moses. Hari ini tepat 14 Mei, hari ulang tahunnya Moses.
Dengan ijin dari keluarga dan dokter Rumah Sakit Moses, aku mengajak dia ke
suatu tempat. Di taman samping sekolahku, adalah tempat faforit Moses ketika
kami menjalin persahabatan. Moses tampak gembira. Setelah beberapa jam
bersamaku, kulihat dia tampak lesu dan letih.
“Moses
kita kembali ke rumah sakit ya !”. (ajakku)
“Bentar
lagi ya Sev, aku masih ingin disini bersamamu!”.
“Kamu
udah letih Ses, ntar dirumah sakit aku akan tetap bersamamu kok”.
“setengah
jam saja Sev!”.
“Iya
Ses”. (aku tersenyum padanya)
“Sevi,
boleh aku tertidur dipangkuanmu ?”.
“tentu
saja, silahkan !”.
“Sevi
aku takut”.
“Takut
apa ? gak usah takut kan ada aku”.
(gubrak)
”Aku
takut kalau aku akan meninggalkanmu Sev !”.
“Udahlah
jangan berpikir yang macam-macam. Aku akan slalu dan tetap bersamamu !”.
(balasku)
Lama kita
mengobrol, tanpa ku sadari aku tertidur di atas tubuh Moses. Dan aku kembali
terbangun , melihat jam sudah menunjuk pukul 05.00 WIB. Aku membangunkan Moses
dan mengajak dia pulang.
“Bintang
hatiku ayo bangun, kita pulang sama-sama. Hari udah malam”. (bisikku ke
telinganya)
Tak ada respon
sama sekali.
“Moses
ayo bangun, udah mau mala mayo kita pulang Ses !”. (ku gerakkan tangannya)
“MoooSesss
kumohon bangunlaaahhh !!!!”,
“Mooosesss
!!!”.
“Mooosesss!!!”.
:’(
Aku segera
menelefon Doktor Rumah Sakitnya untuk secepatnya menyelamatkan Moses dengan
fikiran tak tau arah dan tetesan air mata takut kehilangannya.
Takdir sudah
berkehendak lain bahwa dia sudah pergi meninggalkanku. Ku coba iklas dan tabah.
Terngiung di telingaku pesan dia : “Sevi, andai suatu saat aku akan pergi jauh
meninggalkanmu, kumohon tetap jalani hidup dengan ceria dan semangat seperti
yang kau katakan padaku. Meskipun ragaku tak bersamamu lagi, tapi hati dan
doaku selalu menemani setiap langkahmu”.
Tetesan air mata
semakin deras membasahi pipiku. Ku coba melupakan, tapi ku tak bisa. Waktupun
berjalan biasa-biasa saja.
Semua ini berubah
saat ku dikejutkan oleh hasil Ujian kelulusanku. Aku mendapat peringkat 5 dari
343 siswa. Ini merupakan awal dari semangatku yang luntur. Aku akan terus
berusaha menjalani kehidupan ini. Yang sekarang adalah perbuatan untuk masa
deoan, yang lalu biarlah menjadi kenangan yang manis.
0 komentar:
Posting Komentar